Sebuah tradisi yang hanya
dilakukan oleh laki-laki suku Nias.Tradisi Lompat Batu biasanya dilakukan para pemuda dengan cara
melompati tumpukan batu setinggi 2 meter untuk menunjukkan bahwa mereka sudah
pantas untuk dianggap dewasa secara fisik.Nias adalah sebuah pulau yang terletak
di sisi barat provinsi Sumatra Utara. Di sekitar pulau utamanya, Nias juga
memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni
oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, 16 pulau kecil lainnya tak berpenghuni. Tradisi
Lompat Batu telah berlangsung berabad-abad yang lalu.
Tradisi
dilestarikan bersama budaya megalitikum di Pulau Nias, terutama di Desa
Bawomataluo.Awalnya, tradisi lompat batu berasal dari kebiasaan berperang antar
desa suku-suku di pulau Nias. Masyarakat Nias memiliki karakter keras dan kuat
diwarisi dari budaya pejuang perang. Pada zaman dulu, atraksi fahombo tidak hanya memberikan
kebanggaan bagi pemuda Nias tetapi juga untuk keluarga mereka. Kini, tradisi
lompat batu bukan untuk persiapan perang antar suku atau antar desa tetapi
sebagai ritual dan simbol budaya orang Nias
Tradisi Lompat Batu telah
berlangsung berabad-abad yang lalu. Tradisi dilestarikan bersama budaya
megalitikum di pulau seluas 5.625 km2 yang berpenduduk 700.000 jiwa dan
di kelilingi Samudera Hindia. Tradisi Fahombo diwariskan secara turun-temurun
pada anak laki-laki. Namun, tidak semua anak laki-laki sanggup melakukan
tradisi ini, meskipun mereka telah dilatih sejak kecil. Masyarakat Nias percaya
bahwa selain latihan ada unsur magis dari roh leluhur untuk seseorang yang
berhasil melompati batu dengan sempurna.
Dahulu, suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, pembatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-masing desa lalu membentengi wilayah dengan batu atau bambu setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang. Para bangsawan dari strata balugu yang memimpin pulau Nias saat itu akan menentukan pantas atau tidaknya seseorang pria Nias menjadi prajurit perang. Kriterianya, selain memiliki fisik yang kuat, seorang prajurit perang juga menguasai ilmu bela diri dan ilmu-ilmu hitam. Mereka juga harus dapat melompati batu bersusun setinggi 2 meter tanpa menyentuh permukaannya sedikitpun sebagai tes akhir.
Tradisi tersebut adalah Hombo Batu atau lompat
batu. Fahombo,
nama lain dari tradisi ini, awal mulanya
dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang
bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik. Meski demikian,
tidak semua masyarakat Nias yang melakukan tradisi lompat batu ini. Tradisi Lompat Batu biasanya dilakukan
para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter untuk menunjukkan bahwa mereka sudah pantas untuk
dianggap dewasa secara fisik. pemuda di Nias harus tangguh agar siap di medan perang.
0 Comments:
Posting Komentar