Upacara Saur Matua merupakan upacara
kematian pada masyarakat Batak.Dapat dikatakan bahwa kematian (mate) di usia yang sudah sangat tua adalah kematian
yang paling diinginkan, apalagi jika seseorang yang meninggal tersebut telah
memiliki anak, menikahkannya, hingga telah memiliki cucu dari anak-anaknya
tersebut.
Pada tradisi budaya masyarakat Batak
(khususnya Batak Toba), kematian seperti ini disebut sebagai mate saur matua, yang mana pelaksanaan upacara ini dilakukan tanpa adanya
kesedihan.Saur matua merupakan seseorang
yang meninggal telah memiliki keturunan dan cucu dari anak-anaknya.Arti dari
saur sendiri adalah lengkap atau sempurna.
Sempurna di sini berarti seseorang telah
menjalani hidupnya dengan sempurna dalam hal mengenai keturunan.Dalam Upacara Saur Matua,
para anggota keluarga bersuka karena orang tua yang meninggal sudah dalam usia
yang tua dan sudah berhasil mendidik, merawat, dan menikahkan anaknya hingga
memiliki keturunan, upacara pemakaman pun harus dilakukan penuh sukacita.
Ketika orang Batak
mati saur matua, pihak kerabat secepatnya bermusyawarah (martonggo raja) membahas persiapan upacara, meliputi waktu
upacara, lokasi pemakaman, acara adat pasca penguburan, dan keperluan teknis
upacara. Pihak kerabat terdiri dari dalihan natolu, sistem hubungan sosial masyarakat Batak yang berasal dari
tiga kelompok unsur kekerabatan, yakni hula-hula (keluarga marga pihak istri), dongan tabu (teman atau saudara semarga), dan boru (keluarga perempuan pihak ayah atau suami).
Martonggo raja digelar di halaman rumah duka dari sore sampai selesai. Pihak dongan sahuta (masyarakat setempat) turut hadir sebagai
pendengar dan biasanya mereka ikut membantu pelaksanaan upacara saur matua.Membantu penyediaan peralatan upacara, misalnya
peti mati, alat musik beserta pemain, peralatan makan, dan hidangan yang akan
disuguhkan untuk para pelayat.
Di hari yang telah ditentukan, upacara saur matua dilaksanakan pada siang hari di ruang terbuka,
misalnya halaman rumah duka. Jenazah yang telah dimasukkan ke dalam peti,
diletakkan di tengah-tengah anak dan cucu. Bagian kaki peti mengarah ke pintu
keluar rumah. Sebelah kanan peti ialah anak laki-laki dengan para istri dan
anak, sedangkan di sebelah kiri adalah anak perempuan beserta suami dan anaknya.
Upacara dimulai
dengan menghidangkan jamuan makan siang. Setelah makan selesai, acara
dilanjutkan dengan ritual pembagian jambar kepada seluruh dalihan natolu sesuai ketentuan adat. Jambar terdiri dari
empat jenis, yakni juhut (daging), hepeng (uang), tor-tor (tarian), dan hata (berbicara).
Setelah jambar tor-tor selesai, pihak hasuhuton secara bergantian menyampaikan balasan kepada pihak-pihak
yang memberikan jambar hata. Sambil manortor, mereka mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu pelaksanaan upacara.
Setelah semua
ritus selesai, upacara adat ditutup dengan ibadah singkat sebelum penguburan
yang dipimpin pihak gereja. Mulai dari nyanyian rohani pembuka, khotbah,
nyanyian rohani penutup, dan doa penutup.Kemudian, jenazah bersama peti mati
pun dikuburkan. Sepulang penguburan, pihak keluarga melakukan ritual adat ungkap hombing, yaitu memberikan sebagian
harta mendiang kepada pihak hula-hula.
0 Comments:
Posting Komentar